SELAMAT DATANG, SAAT INI ANDA SEDANG BERADA DI ADISA'S BLOG, TEMPAT SALING TUKAR INFORMASI KARENA KITA SEMUA SAMA DAN BERSAUDARA

Sabtu, 10 April 2010

Refleks patologis dan fisiologis pada tubuh manusia

Refleks Patologis

  1. Reflek Hoffman – Tromer --> Jari tengah klien diekstensikan, ujungnya digores, positif bila ada gerakan fleksi pada ari lainnya
  2. Reflek Jaw --> Kerusakan kortikospinalis bilateral, eferen dan aferennya nervous trigeminus, denganmengertuk dagu klien pada posisi mulut terbuka, hasil positif bila mulut terkatup
  3. Reflek regresi --> Kerusakan traktus pirimidalis bilateral / otak bilateral
  4. Reflek Glabella --> Mengetuk dahi diantara kedua mata, hasilnya positif bila membuat kedua mata klien tertutup
  5. Reflek Snout --> Mengutuk pertengahan bibir atas, positif bila mulutnya tercucur saliva
  6. Reflek sucking --> Menaruh jari pada bibir klien, positif bila klien menghisap jari tersebut
  7. Reflek Grasp --> Taruh jari pada tangan klien, positif bila klien memegangnya
  8. Reflek Palmomental --> Gores telapak tangan didaerah distal, positif bila otot dagu kontraksi
  9. Reflek rosolimo --> Ketuk telapak kaki depan, positif bila jari kaki ventrofleksi
  10. Reflek Mendel Bechterew --> Mengetuk daerah dorsal kaki2 sebelah depan,positif bila jari kaki ventrofleksi

Refleks Fisiologis

  1. Reflek kornea --> Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif bila mengedip (N IV & VII )
  2. Reflek faring --> Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi muntahan ( N IX & X )
  3. Reflek Abdominal --> Menggoreskan dinidng perut dari lateral ke umbilicus, hasil negative pada orang tua, wanita multi para, obesitas, hasil positif bila terdapat reaksi otot.
  4. Reflek Kremaster --> Menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila skrotum sisi yang sama naik / kontriksi ( L 1-2 )
  5. Reflek Anal --> Menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter ani ( S 3-4-5 )
  6. Reflek Bulbo Cavernosus --> Tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain masukkan kedalam anus, positif bila kontraksi spincter ani (S3-4 / saraf spinal )
  7. Reflek Bisep ( C 5-6 )
  8. Reflek Trisep ( C 6,7,8 )
  9. Reflek Brachioradialis ( C 5-6 )
  10. Reflek Patela ( L 2-3-4 )
  11. Reflek Tendon Achiles ( L5-S2)
  12. Reflek Moro --> Reflek memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan tangan
  13. Reflek Babinski --> Goreskan ujung reflak hammer pada lateral telapak kaki mengarah ke jari, hasil positif pada bayi normal sedangkan pada orang dewasa abnormal ( jari kaki meregang / aduksi ektensi )
  14. Sucking reflek --> Reflek menghisap pada bayi
  15. Grasping reflek --> Reflek memegang pada bayi
  16. Rooting reflek --> Bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi

Tingkat Kesaadaran dan GCS

Tingkat kesadaran

adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :

1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..

2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.

4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.

6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala.

Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau sistem aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian).

Jadi sangat penting dalam mengukur status neurologikal dan medis pasien. Tingkat kesadaran ini bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign. 

GCS (Glasgow Coma Scale)

yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.

Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata , bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 – 6 tergantung responnya.

Eye (respon membuka mata) :

(4) : spontan

(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).

(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)

(1) : tidak ada respon.

Verbal (respon verbal) :

(5) : orientasi baik

(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.

(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)

(2) : suara tanpa arti (mengerang)

(1) : tidak ada respon

Motor (respon motorik) :

(6) : mengikuti perintah

(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)

(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)

(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

(1) : tidak ada respon

Hasil pemeriksaan kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…V…M…

Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.

Jika dihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :
GCS : 14 – 15 = CKR (cidera kepala ringan)
GCS : 9 – 13 = CKS (cidera kepala sedang)
GCS : 3 – 8 = CKB (cidera kepala berat)

Rabu, 16 Desember 2009

Tips Bekerja Di Depan Komputer

Kerja di depan komputer hampir 24 jam tidak jarang membuat mata kita menjadi lelah, leher terasa sakit dan bahkan kadang-kadang menjadi pusing.

Tips saya untuk kasus ini:
  1. Gunakan kaca mata saat sedang bekerja di depan kompie atau laptop, atau paling tidak berilah semacam kaca pelindung pada kompie Anda.
  2. Usahakan setiap 30 menit saat kerja depan kompie ,alihkan pandangan ke tempat lain selama 5 menit sudah lebih dari cukup. Lelah pada mata akibat manatap ke monitor terus karena monitor itu sebenarnya flickering (kedap-kedip terus) jadi otot mata anda terus beradaptasi.
  3. Usahakan area kerja anda tidak terlalu gelap dibanding dengan cahaya dari monitor (Ini juga membuat mata anda capek), atau jika sedang bekerja di ruangan yang kurang cahaya sebaiknya Anda mengatur pencahayaan pada kompie Anda.
Semoga semuanya berjalan lancar, amiiinnnn!!!!

ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI

PASIEN

SPIP
1.Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2.Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3.Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4.Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5.Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi pasien
6.Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
7.Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8.Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam kegiatan harian

SPIIP
1.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2.Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
3.Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian

SPIIIP
1.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2.Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara mlakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan di rumah)
3.Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian

SPIVP
1.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2.Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3.Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian


KELUARGA

SPIK
1.Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2.Menjelaskan pengertian halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, jenis halusinasi serta proses terjadinya halusinasi
3.Menjelaskan cara merawat pasien halusinasi

SPIIK
1.Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan halusinasi
2.Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien halusinasi

SPIIK
1.Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2.Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Selasa, 08 Desember 2009

FLORENCE NIGHTINGANLE (Ibu Perawat Sedunia)

Florence Nightinganle adalah anak dari seorang bangsawan Willian Edward Shore dan isterinya bernama Frances Smith berkebangsaan inggris, lahir tanggal 12 Mei 1920 di Kota Florence Italia. Walaupun berasal dari keluarga bangsawan ia lebih suka bergaul dengan anak-anak rakyat biasa dan suka menolong orang-orang yang tengah berada dalam kesulitan. Didorong oleh kepribadiannya itulah, maka ia memillih pendidikan pada sekolah perawat dan bukan sekolah yang khusus disediakan untuk para bangsawan, perawat masih dianggap pekerjaan yang hina.
Pada saat ia mengabdi sebagai perawat di rumah sakit ia mendengar betapa hebatnya penderitaan prajurit di medan perang Krim, berita itu langsung menyentuh hatinya, ia menetapkan untuk pergi ke medan perang untuk merawat prajurit yang terluka.